Balitopik.com – LPK Brightly Global Academy (BG Academy) dituntut mengembalikan biaya pendaftaran dan pelatihan senilai Rp 50 juta hingga Rp 74 Juta oleh 8 siswa yang gagal magang atau studi sambil kerja di Australia. Para siswa itu mendatangi LPK Brightly Global Academy untuk menuntut pertanggungjawaban, Sabtu (5/4/2025).
Adapun 8 siswa Batch 3 yang menjadi korban janji LPK Brightly Global Academy (BG Academy) diantaranya, I Wayan Duta Kirana Lamben (21) asal Sanur, I Gusti Ayu Mitha Pradnyani (23) asal Klungkung, I Dewa Nyoman Agung Ratmadi Putra (24) asal Klungkung, Putu Adi Darma Putra (24) asal Denpasar), Ni Putu Dessya Ariyanti (29) asal Denpasar), Putu Sunartayasa (31) asal Singaraja), Ni Kadek Ayu Priska Dewi (21), dan I Putu Andika Sultan Gatan Arifin (21) asal Kerobokan.
Pihak BG Academy sebelumnya memberikan ‘janji manis’ kepada 8 peserta pelatihan ‘Batch 3’ ini mengaku direkrut dengan iming-iming program studi di Russell College, Melbourne, Australia, melalui visa pelajar (student visa) yang dijamin “99% granted”. Janji tinggallah janji, ibarat jebakan batman, setelah mereka bersusah payah mencari pinjaman uang hingga puluhan juta rupiah, justru merasa tertipu termakan janji palsu.
Salah satu perwakilan siswa asal Sanur, I Wayan Duta Kirana Lamben (21) didampingi I Gusti Ayu Mitha Pradnyani (23) menceritakan awalnya mereka diyakinkan oleh Nengah Kurniawan yang sebelumnya menjabat Direktur Hospitality & Cruiseline BG Academy, bahwa mereka dipastikan akan diberangkatkan ke Australia. Alumnus SMA Negeri 6 Denpasar ini mengaku beberapa kakak kelas di batch sebelumnya justru banyak yang ditolak visa.
“Dulunya dia (Nengah Kurniawan) bilang kalau dokumen lengkap pasti lolos. Kami percaya 100%, sampai berani mengeluarkan uang Rp50 juta hingga Rp70 juta lebih. Kami baru tahu belakangan, ternyata banyak yang tidak granted, tapi informasi ini ditutup-tutupi,” kata Wayan Duta maupun Gusti Ayu Mitha kepada media.
Setelah masalah ini mencuat, Nengah Kurniawan yang sebelumnya menjabat Direktur Hospitality & Cruiseline BG Academy seolah lari dari tanggungjawab dan justru mengundurkan diri dari jabatannya. Para peserta juga kecewa dengan kualitas pelatihan Food & Beverage (FNB) di BG Academy yang dinilai tidak sebanding dengan biaya Rp22,5 juta.
“Kami semua kecewa karena yang diajar sekadarnya, tidak profesional, padahal buang yang kami dikeluarkan sangat besar,” ungkap Wayan Duta.
Siswa lainnya yang kecewa, Ni Kadek Ayu Priska Dewi (21) yang juga bercita-cita studi sambil bekerja di Australia, menyoroti ketidakjelasan bukti pembayaran tuition fee ke Australia. “Kami transfer Rp45 juta untuk COE (Certificate of Enrollment), tapi tidak ada invoice resmi dari kampus Australia. Kami khawatir dana tidak benar-benar dikirim,” tegasnya.
Terkait keluhan siswa ini, CEO BG Academy, Tjok Tuty Ismayanthi berdalih ada miskomunikasi dari salah satu direktur yang sudah mengundurkan diri pada 21 Maret 2025 kalu. “Kami meminta maaf jika ada informasi yang tidak disampaikan secara transparan. Visa Australia memang tidak ada jaminan 100% granted,” dalihnya.
Untuk masalah ini, pihak BG Academy berjanji menindaklanjuti pengembalian dana untuk peserta yang memutuskan mundur. “Kami akan berkoordinasi dengan yayasan dan mitra di Australia untuk proses refund dan target akhir April selesai,” janji Tjok Tuty. (*)