Meretas Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Oleh: Dr. Agus Dei – Akademisi, Penulis, Mantan Wartawan.
Balitopik.com – Dalam waktu setahun ke depan, Pulau Bali akan segera memiliki destinasi wisata baru bernama Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali atau disebut juga sebagai Turyapada Tower dan Menara Turyapada Bali.
Pembangunan menara besi ini sejak Agustus 2022 digagas Gubernur Bali 2018-2023, Dr. Ir. I Wayan Koster, MM. Uniknya, jika di negara lain tower-tower dijadikan destinasi wisata dibangun di tengah perkotaan, namun di Bali berbeda, karena dibangun di daerah pedesaan tepatnya di Banjar Dinas Amerta Sari, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Indonesia sebelumnya memang sudah memiliki beberapa landmark yang telah berdiri sejak lama. Misalnya saja Monas di Jakarta, sejak tahun 1975, kemudian landmark terbaru yang tak kalah menyita perhatian dan jadi daya tarik wisatawan adalah patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), yang berada di Bukit Unggasan, Jimbaran.
Jika selesai semua proyek monumental ini, akan bertambah satu landmark menara Turyapada, yang digadang-gadang akan memiliki fasilitas dan menjadi daya tarik populer layaknya 5 menara di dunia, seperti menara Eiffel di Paris, Prancis, menara Tokyo di Jepang, Toronto Tower di Kanada, Macau Tower di Makau, dan Fernsehturm Tower, di Berlin.
Nama “Turyapada” dipilih sebagai nama menara ini, karena melambangkan hubungan antara Akasa-Pertiwi dan Purusa-Pradana yang menjadi sumber kekuatan dan kehidupan masyarakat di dunia. Turyapada Tower juga merupakan analogi bentuk Orti dan Bale Kul-kul sebagai media komunikasi tradisional masyarakat Bali dalam kegiatan adat, agama, tradisi, seni, dan budaya.
Keberlanjutan pembangunan Menara Turyadapa ini selalu menjadi perhatian kritis dan pertanyaan dari mahasiswa maupun dosen dalam kuliah umum di 16 perguruan tinggi se-Bali bertajuk GEN-Z Penerus Masa Depan Bali. Harapan mereka apa yang menjadi ide besar Pak Koster harus dapat terealisasi.
Dalam perbincangan dengan penulis, Pak Koster mengakui, sesungguhnya Taman Komunikasi Bali Smart (KBS) berupa Tower berkelas dunia menerapkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi serta filosofi Akasa-Pertiwi, Purusa-Pradana. Konsep Tower ini memadukan nilai-nilai tradisi Bali dengan teknologi global sebagai wujud Loka Samasta Sakino Bhawana yang bermakna: sumber kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia yang mendunia.
Kata Pak Koster, inspirasi ini lahir mengingat, sejak lama masyarakat Buleleng tidak dapat menikmati siaran televisi tanpa bantuan antena parabola, sehingga sangat tertinggal dalam memperoleh informasi terkini, dan tidak dapat menikmati hiburan melalui media televisi. Selain itu, sebagai konsekuen memenuhi janji kampanye pada saat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali tahun 2018 dengan membangun Tower di Desa Adat Amerta Sari, Pegayaman, Kabupaten Buleleng.
“Astungkara pelaksanaan pekerjaan Tower sejak tahun 2022, rencana selesai tahun 2023, namun tertunda kendala teknis dan tidak lama lagi akhir tahun 2024 atau paling lambat tahun 2025 semuanya sudah selesai,” tutur Pak Koster.
Anggaran pembangunan yang sepenuhnya bersumber dari Pemerintah Provinsi Bali sebesar 418 miliar ini, memiliki karakteristik dengan tinggi badan Tower 115 meter, pada ketinggian 1.521 meter di atas permukaan laut, sehingga total tinggi Tower menjadi
1.636 meter.
Memiliki fasilitas multifungsi dan terpadu berupa pemancar, planetarium,skywalk, restoran putar 3600 derajat, jembatan kaca, museum, dan ruang konvensi serta dilengkapi gondola. Juga memiliki konstruksi khusus yang tahan terhadap gempa berkekuatan sampai 1.0 G dan kekuatan hidup minimal 500 tahun. Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali merupakan Mahakarya sebagai Tonggak Peradaban Bali Era Baru.
Hadirnya Tower dapat mengatasi Blank Spot menjangkau 80% di wilayah Buleleng, Karangasem,dan Jembrana sekaligus menjadi pusat pertumbuhan perekonomian baru untuk menyeimbangkan pembangunan wilayah Bali Utara, Tengah, dan Selatan.
Guru Besar Arsitektur Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, M.Si menilai, dilihat dari lokasi, ketinggian, dan fasilitas yang dibangun, Menara Turyapada adalah tower ikonik monumental pertama di Indonesia. Menara yang dibangun memiliki dua fungsi yaitu sebagai pemancar sinyal digital dan tempat wisata. Selain kualitas bangunan, estetika menara ini juga menjadi perhatian perusahaan agar kelak wisatawan memiliki rasa aman dan nyaman saat berkunjung.
Menara Turyapada akan menjadi destinasi wisata terpadu baru di Bali dengan membawa konsep green building (bangunan hijau) yang mencerminkan hubungan alam dan kebudayaan bali serta terbagi dalam enam zona. Selain menjadi ikon wisata, kata Prof Rumawan, kehadiran Menara Turyapada juga akan mengoptimalkan siaran tv digital dengan jangkauan 80 persen wilayah Buleleng, Jembrana, hingga Karangasem. Lalu menjadi daya tarik pariwisata baru berkelas dunia dan tidak kalah pentingnya yakni membuka lapangan pekerjaan baru, serta menjadi pusat pertumbuhan perekonomian baru daerah setempat.
Prof Rumawan mengakui, kehebatan dari Pak Koster yang selalu memiliki ide-ide brilyan saat menjadi gubernur. “Semoga ide besar terwujud dan masyarakat Bali akan segera menikmatinya,” kata Prof pengamat tata ruang tersebut.
Project Manager Proyek Turyapada Tower, Ari Kurniawan mengatakan, pembangunan Turyapada Tower sudah 85 persen dimana ada podium kombinasi berdiameter 80 centimeter dan diameter 60 centimeter, sehingga bangunan tower bisa tahan terhadap gempa dan angin kencang.
Bahan-bahan yang digunakan hampir 80 persen berasal dari produk dalam negeri. Hanya komponen tertentu saja yang menggunakan bahan dari luar. Pembangunan tower ini melibatkan kurang lebih 30 orang warga yang ikut menjadi tenaga lokal.
“Tapi nanti akan bergerak sesuai dengan kebutuhan tentu dengan tenaga spesialis dengan seleksi ketat. Sesuai dengan pesan Pak Koster saat menjadi gubernur bahwa material terbaik dengan tenaga terbaik,” tutur Ari.
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfos) Provinsi Bali Gede Pramana optimistis pengerjaan menara Turyapada dalam waktu tidak lama lagi akan rampung. Kata Gede Pramana, semula proyek pemancar siaran TV digital terestrial, telekomunikasi seluler, internet dan radio, serta wahana pariwisata itu ditargetkan rampung akhir tahun ini, namun terkendala pendanaan, jadi bergeser waktunya selesainya.
“Optimistis kita karena kondisi antena TX sudah terpasang, juga restoran, sekarang konstruksi di atas, yaitu restoran putarnya, sehingga 35 persen (kekurangan dana) bisa kita selesaikan 2024, tapi harapan saya akhir tahun ini lebih dari 90 persen penyelesaian pembangunannya. Walau keuangan 65 persen, progres pembangunannya melebihi 70 persen,” katanya.
Selain itu menurutnya, tower ini nantinya akan memiliki fasilitas yang multifungsi yang akan dilengkapi dengan museum alat komunikasi, planetarium, restoran putar 360 derajat dan jembatan kaca. “Kawasan Turyapada Tower bersifat terpadu yang ramah lingkungan, indah, dan sangat keren, karena berisi kebun bunga, kebun buah, area bermain anak, glamping, flying fox, UMKM, dan restoran. Untuk kenyamanan pengunjung disiapkan area parkir seluas 1 Hektar, dan disiapkan gondola yang bergerak sepanjang 1,4 Km dari area parkir menuju Turyapada Tower,” katanya.
Setiap kota, wilayah, atau negara biasanya memiliki landmark atau bangunan ikonik yang menjadi ciri khas dan daya tarik, baik secara lokal maupun internasional. Hal sama juga berlaku di Bali, yang menariknya akan memiliki landmark ikonik baru lewat kehadiran Menara Turyapada. Menara ini akan menjadi kebanggan krama Bali sepanjang sejarah peradaban manusia hidup di Bumi Pertiwi.
Sebagai orang yang mendiami Pulau Dewata, sudah selayaknya kita dengan hati, pikiran suci dan tulus secara sportif memberikan nilai terbaik bagi seorang Pak Koster dengan capaian-capaian fundamental saat menjadi Gubernur 2018-2023. Ide besar yang belum tuntas semoga berkelanjutan di tahun-tahun mendatang. (*)