Balitopik.com – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali di Pulau Serangan, Denpasar Selatan tidak hanya dikelola oleh PT BTID. Sejumlah investor global telah meresmikan kemitraan baru dengan KEK Kura Kura Bali melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) beberapa waktu lalu.
Desember yang lalu, Kepala Komunikasi PT Bali Turtle Island Development (BTID), Zakki Hakim menjelaskan investor-investor itu telah bergabung bersama PT BTID sebagai mitra untuk mengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali.
Setidaknya ada 3 perusahaan asing yang bergabung bersama PT BTID, salah satunya dari Amerika Serikat.
Berikut daftar perusahaan asing yang bergabung bersama PT BTID di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali.
1. Mitsubishi Estate Co. Ltd. (Jepang)
Perusahaan asal Jepang ini dijelaskan sebagai mitra strategis yang akan berkontribusi pada keahlian dan jaringan untuk mendukung pengembangan berbagai area di KEK Kura Kura Bali, seperti Marine (pelabuhan khusus untuk kapal-kapal tamu), Promenade (jalur pedestrian) dan hunian seperti hotel dan villa.
Perusahaan ini sedang membangun sejumlah proyek diantaranya, Grand Outlet Bali (GOB) sebuah destinasi ritel kelas atas. Kemudian sekolah antarbudaya (ACS Bali) dan hotel 4 lantai dengan setidaknya 140 kamar.
2. Tsao Pao Chee Group (Singapore)
Adalah sebuah bisnis keluarga generasi ke-4 sebagai mitra strategis untuk mengeksplorasi peluang investasi yang berfokus pada dampak di bidang Mindfulness dan Wellness di KEK Kura Kura Bali.
3. Pegasus Capital (Amerika Serikat)
Zaki menjelaskan, perusahaan asal Amerika Serikat ini akan berperan dalam mengembangkan hotel bintang lima berkelanjutan yang menggabungkan kemewahan dengan keseimbangan alam, serta menciptakan tolok ukur baru untuk perhotelan ramah lingkungan.
“Visi kami untuk masa depan berpusat pada pengembangan gaya hidup marina bertumpu pada kearifan lokal maritim Indonesia, membangun komunitas pencari pengetahuan, dan juga fokus meningkatkan kualitas hidup (longevity) individu,” terang Zaki pada 17 Desember 2024.
“Prioritas ini memandu upaya kami untuk menciptakan destinasi yang terintegrasi dan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian budaya, dan lingkungan,” tandasnya. (*)