Balitopik.com, BALI – Polemik di jagat politik lagi mengarah ke pihak – pihak yang intens menyerang Gubernur Bali Wayan Koster dan saat ini melebar ke istri Gubernur yaitu Nyonya Putri Suastini Koster. Polemik ini berawal sikap – sikap nyinyir yang disampaikan ke Gubernur Koster menyangkut masalah sampah. Namun akhirnya membuat Nyonya Suastini Koter menanggapi di media sosial.
Tanggapan ini lagi digoreng untuk memojokan pihak tertentu. Bagi Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Prof. Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, SH.M.Hum, polemik berawal dari ungkapan Gubernur Koster terkait sampah hasil sendiri diberikan ke orang lain. Bagi Lanang itu adalah perumpamaan, karena ada program pengelolaan sampah berbasis sumber, menjaga kebersihan Desa setempat tanpa mengotori desa Tetangga.
“Kan sudah jelas, sampah dengan jumlah besar akan ada pola insenerator. Kemudian sampah dengan pola lebih kecil ada pola berbasis sumber. Analoginya adalah sampah kita sendiri, kelola sendiri. Bukan diberikan ke orang lain. Itu analogi bahwa pengelolaan sampah di desa dengan TPS3R, berbasis sumber tanpa mengotori desa lain. Di masing – masing rumah juga mulai memilah dengan teba modern. Anorganiknya didaurulang,” jelas Lanang Perbawa.
Akademisi ini juga mengatakan, ungkapan itu kemudian digoreng di medsos seorang olah Gubernur menyalahkan orang per orang. Sampai akahirnya ada beberapa tokoh ikut memainkan polemik ini. Dan akhirnya sampailah sikap Nyonya Putri Suastini Koster ikut berbicara di medsos. Bagi Lanang itu sesuatu yang wajar. Bahkan jika diibaratkan seperti Dewi Parwati misalnya, ketika ada pihak yang mengganggu Siwa, Dewi Parwati akan bersikap, menjadi Dewi Mahakali.
“Ibaratnya Dewi Parwati, ketika Siwa di ganggu. Dewi Parwati akan membela Siwa dan menjelma menjadi Mahakali,” imbuhnya. “Jadi bagi saya itu sebuah sikap Perempuan, sikap seorang istri bagi Pak Koster, dan sikap seorang istri Gubernur. Karena selama ini saya lihat Pak Koster jarang menyikapi pihak – pihak yang membulynya. Namanya istri mungkin gak terima juga suaminya diperlakukan seperti itu, secara terus menerus. Apa saja yang dirancang salah dimata mereka,” sambung akademisi yang juga seorang seniman topeng ini.
Terkait dengan beberapa pihak yang tak selalu melihat pemimpinnya salah. Bagi Lanang sebenarnya tidak perlu digubris. Sosok Wayan Koster sudah tiga periode duduk di DPR RI, kemudian kemudian dipilih menjadi Gubernur masuk di periode kedua. Kemudian dianggap juga sukses memimpin partai. Bagi Lanang itu sebuah pencapaian, bahwa Koster memang dipercaya oleh Masyarakat Bali.
“Saat di DPR RI sempat menjadi peraih suara tertinggi di Indonesia jika dihitung secara presentase. Kemudian perolehan suara Pilgub juga jauh, artinya legitimasi Pak Koster dimata Masyarakat tinggi. Kemudian ada yang tidak puas, dan selalu salah dimata dia, jangan diladeni. Karena mereka memang menggunakan kaca mata yang salah, dalam menilai,” ujar akademisi asal Bebetin, Buleleng ini.
“Termasuk bisa kita balik, yang nyinyir itu, sudah berapa kali mendapatkan kepercayaan Masyarakat Bali untuk menjadi wakil rakyat atau pemimpin di Bali. Itu bukti legitimasi mereka dimata Masyarakat, apa sudah terbukti?,” urainya.
Lanang mengatakan, Mantan Ketua KPUD Bali ini menyebutkan dalam dunia politik ada yang ingin mengambil panggung dengan beragam cara. Karena perhatian public diperlukan untuk mengangkat Namanya secara politik.
“Ada dengan cara memang berbuat dengan baik, membantu Masyarakat, membangun jaringan dengan cara – cara beretika dan santun. Tapi juga yang memang dengan cara menyalahkan, merendahkan dan menghina pihak lain. Untuk mampu mengangkat diri. Kalau sudah seperti ini, saya kira Masyarakat akan mengerti,” tandasnya.
Bahkan kata dia, bahwa terkait dengan peran Gubernur Wayan Koster semasih di Jakarta memang banyak membantu pihak – pihak yang ke Jakarta. Lanang mengaku cukup panjang berorganisasi, kemudian tahu bagaimana Koster di Jakarta. Sebelum jadi DPR RI memang aktif di organisasi.
Kemudian duduk di DPRD RI memang banyak membantu teman teman biar mampu ikut berkiprash secara nasional. Itu dilakukan lantaran memang ingin membantu sesama orang Bali. “Kalau di Jakarta, orang yang aktif di organisasi tahu siapa Pak Koster. Apa yang diperbuat. Kemudian saat di DPR RI memang sudah banyak yang tahu, Pak Koster banyak membantu orang – orang Bali biar mampu berkiprah secara nasional, itu bukan demi politik, tapi semangat sesama orang Bali,” urai Lanang Perbawa.
Tetapi bagi Lanang, alangkah eloknya semua pihak untuk menghentikan polemik ini. Bisa saling menghargaai, bisa saling menjaga dan menguatkan.
“Jauh lebih bermanfaat enegri ini manfaatkkan untuk membangun Bali. Yakinlah seorang Gubernur Koster punya cita – cita dan program yang baik untuk Bali. Saya juga yakin bahwa program besar pasti juga banyak yang tidak puas.”
“Tantangannya besar pula. Namun alangkah bagusnya, kita mengkritisi dengan cara yang lebih elegan dan menggunakan kacamata yang netral dan idependen. bukan malah semua salah. semua jelek. padahal Secara nasional diakui baik. dan pemimpin daerah lain malah memuji,” pungkasnya. (*)