Balitopik.com, BALI – Buku ‘Harry Potter Vs Leak’ karya wartawan senior I Gusti Ngurah Wisnu Wardana dinobatkan sebagai buku Hindu ‘Of the Year 2025’. Penghargaan tahunan ini diberikan oleh komunitas Hindu Books & Readers dalam sebuah acara di Ballroom UC Silver, Jumat (26/12/2025).
Ngurah Wisnu tak menyangka kalau hasil karyanya kembali meraih penghargaan serupa setelah 2023 lewat buku “Catatan Jurnalistik: Mencari Kitab Suci” menjadi ‘Hindu Books of the Year 2023’.
“Kedua buku itu memiliki topik yang berbeda. Meski keduanya terinspirasi dari sebuah catatan jurnalistik,” ujar Ngurah Wisnu.
Buku Harry Potter Vs Leak, terinspirasi dari kunjungan wartawan (press-tour) ke Universitas Oxford, Inggris. Kampus Oxford sekarang menjadi destinasi wisata ‘lokasi syuting film Harry Potter’.
Film yang bersumber dari novel fantasi karangan JK.Rowling mengangkat cerita tentang upaya Harry mengalahkan penyihir hitam jahat bernama Lord Voldemort, yang berambisi menjadi makhluk abadi yang akan membinasakan siapapun yang menghalangi jalannya, terutama Harry Potter.
Realitas menjadi makhluk abadi masih banyak dijumpai dalam dunia pesilatan nusantara. Mereka belajar ajian Rawa Rontek sebagai ilmu sakti yang mematikan. Tujuannya, untuk memperoleh hidup kekal dan abadi selamanya.
Seolah ambisi Lord Voldemort bila di Indonesia bukanlah fantasi, bukan ilusi, tetapi fakta dan realita yang masih berkembang hingga saat ini. Menjadi makhluk abadi, merupakan bagian dari capaian ilmu spiritual, dan masih ada di Bali yaitu ilmu Leak.
Ilmu (ngelmu) ini menyebabkan seseorang mampu mengubah identitas dirinya (ahamkara), sementara bila disalahgunakan untuk menyerang dan merugikan orang lain, akan menjadi ‘ilmu hitam’ atau ajian Wegig.
Buku ini terbit sebagai pembanding ilmu spiritual ala dunia Barat dan dunia nusantara. Masyarakat Bali belajar ilmu Leak (ngeleak) masih secara rahasia. Belum ada perguruan terbuka, sehingga sulit menemukan guru yang menguasai ilmu ini dengan baik.
Sementara dunia pendidikan Barat yang sangat rasional, telah membuka program S2 (master degree in Magic) di University of Exeter, Inggris. Penulis ingin membandingkan kampus Oxford dengan kampus ‘Goa Gajah’ yang sama-sama dibangun pada abad ke-11.
Kalau di kampus Oxford, mahasiswanya mengasah ilmu spiritual dengan latar arsitektur Gotik yang didominasi dengan pintu dan jendela kaca se-banyak-banyaknya, sehingga energi matahari masuk ke dalam tubuh secara maksimal.
Sementara di kampus Goa Gajah, mahasiswanya belajar ilmu spiritual dengan cara menutup energi matahari lewat meditasi pada caruk-caruk pertapaan di dalam goa. Seorang alumni kampus goa di Bali bernama Kebo Iwa. Ia belajar ilmu kanuragan di goa Garba yang masih dalam lingkungan Goa Gajah.
Sedangkan Lord Voldemort sebagai penyihir hitam jahat dan penguasa ilmu kanuragan sakti, hanyalah hayalan pengarang cerita, JK.Rowling. Dan, kedua kampus itu, kini sama-sama menjadi dtw (daya tarik wisata) yang diminati para wisatawan. (*)
















