Balitopik.com – Tanggal 21 April dirayakan sebagai Hari Kartini, hari peringatan atas perjuangan Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat pada tahun 1921. Atau sederhananya dirayakan sebagai hari kebebasan perempuan Indonesia mendapat kesetaraan di ruang-ruang publik.
Seperti halnya Tutik Kusama Wardhani, Anggota DPR RI Dapil Bali terpilih pada Pemilu 2024 dari Partai Demokrat menjadikan momen Hari Kartini tahun 2024 sebagai refleksi panjang perjuangan politiknya sekaligus ajakan kepada perempuan Bali untuk berpolitik.
Menurutnya sangat penting perempuan masuk dalam ranah politik, sebab kebijakan publik lahir dari kebijakan politik. Jadi jika perempuan anti terhadap politik maka tidak ada yang bisa dengan tulus menyuarakan hak-hak perempuan melalui lembaga legislatif.
“Sebab, hanya perempuan yang benar-benar bisa memperjuangkan hak perempuan dengan tulus. Oke kaum laki-laki mungkin bisa melakukannya karena mengerti dengan persoalan yang dihadapi perempuan, tapi ingat tidak semua hal yang dimengerti dapat dirasakan, hanya perempuan yang bisa merasakan itu,” ucapnya kepada Balitopik.com di Denpasar, Minggu (21/4/2024).
Sementara saat ini keterwakilan perempuan di parlemen baik di daerah maupun di pusat sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh perempuan yang terlanjur anti terhadap politik dan tidak mendukung sesama perempuan yang sudah berani mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Sebagai contoh, kata dia, pada Pileg 2024 di kemarin, 30 persen keterwakilan perempuan di setiap Partai Politik di Bali hampir tidak terpenuhi karena minimnya keterlibatan perempuan itu sendiri. Memang ada beberapa yang lolos mencalonkan diri tapi sedikit saja perempuan yang terpilih padahal punya kemampuan yang sama dengan laki-laki.
“Saya pengen perempuan harus lebih responsif terhadap perempuan juga karena yang memperjuangkan hak perempuan secara ikhlas ya perempuan itu sendiri, yang tau permasalahan perempuan adalah perempuan. Untuk itulah perlu sekali perempuan mau terjun di dunia politik,” kata Buda Tutik, sapaan akrabnya itu.
Anggota DPR RI periode 2014-2019 itu mengatakan perjuangan perempuan masa kini tentu sudah berbeda dengan perjuangan awal Kartini yang memang langsung dihadapkan pada budaya patriarki yang masih sangat kental kala itu. Berbeda dengan saat ini yang mana kaum laki-laki sudah sangat mengerti bahkan sudah diatur oleh negara agar perempuan bisa tampil di ruang publik.
Hanya saja persoalannya adalah perempuan masa kini masih berkutat pada kesadaran magis atau kesadaran semu. Artinya hampir sebagian perempuan tidak sadar atas keistimewaan yang diberikan oleh negara. Justru perjuangan perempuan sekarang adalah melawan dirinya sendiri dari stigma bahwa dia makhluk lemah, dia belum bisa tampil ke ruang publik.
“Kaum laki-laki bahkan negara sudah memberikan kesempatan kepada kita, jangan menstigma diri bahwa kita belum layak untuk masuk ke politik. Karena kebijakan publik sudah otomatis melalui kebijakan politik. Jadi perjuangan terakhir adalah di dunia politik,” terangnya.
”Sementara di saat yang sama banyak perempuan yang takut dengan dunia politik, bahwa politik kejam politik itu inilah itulah. Kalau kita tidak berani masuk kita tidak pernah tau permasalahan-permasalahan apa yang harus kita hadapi dan kita selesaikan atau kita cari solusinya,” imbuh Bunda Tutik.
Di momen Hari Kartini 2024 ini, dia berharap generasi baru perempuan Bali secara khusus bisa berani tampil di dunia politik. Pesannya adalah semangat Kartini harus hidup dan dikembangkan pada diri setiap perempuan.
“Tidak bisa lagi kami yang senior-senior ini terus mempertahankan kedudukan ini, harus ada kaderisasi yang lahir dari kesadaran diri perempuan. Karena kemajuan zaman hanya bisa diikuti oleh generasi yang muda, bukan kami lagi kami sudah akan ketinggalan,” tutupnya.