Balitopik.com, DENPASAR – Selama seperempat abad, Tri Hita Karana (THK) Tourism Awards hadir sebagai penopang konsep pariwisata berkelanjutan di Bali.
Memasuki usia perak tahun ini, ajang penghargaan itu kembali menegaskan pentingnya harmoni manusia, alam, dan spiritualitas sebagai panduan utama dalam mengelola industri wisata di Pulau Dewata.
Meski telah lama dijadikan landasan pembangunan, penerapan konsep THK dinilai masih belum maksimal. Bali masih bergulat dengan persoalan klasik, yaitu tata ruang yang semrawut, darurat sampah, hingga memudarnya semangat gotong royong masyarakat.
“Padahal, konsep THK menekankan harmoni hidup, bukan hanya dalam relasi sosial dan ekonomi, tapi juga dalam tata kelola lingkungan dan spiritualitas,” ujar Ketua Yayasan Tri Hita Karana, I Gusti Ngurah Wisnu Wardana, di Denpasar, Minggu, (17/8/2025).
Wisnu, yang juga wartawan senior itu menegaskan bahwa secara hukum konsep THK sudah menjadi dasar penyelenggaraan kepariwisataan Indonesia melalui UU No. 10 Tahun 2009.
Sejak 2015, THK Tourism Awards bahkan tercatat sebagai salah satu tolok ukur implementasi Global Code of Ethics for Tourism yang diratifikasi 137 negara di bawah naungan UN-WTO.
“Artinya, prinsip kode etik pariwisata dunia bisa diimplementasikan melalui THK Tourism Awards,” katanya.
Tahun ini, lanjut Wisnu, perayaan Silver Jubelium THK Tourism Awards diikuti 52 hotel dan daya tarik wisata (DTW) di Bali.
B-Hotel Denpasar tercatat sebagai peserta pertama yang akan menjalani assessment pada Jumat, 22 Agustus 2025.
Proses penilaian ini akan dipimpin Dr. I Made Wijaya Kusuma bersama Prof. Dr. Ida Ayu Oka Martini dan Ir. Ketut Rastina, M.Si., dengan fokus pada tiga pilar THK: Parhyangan (hubungan dengan Tuhan), Pawongan (hubungan antarmanusia), dan Palemahan (hubungan dengan alam).
Wisnu juga mencatat sejak tahun 2000, lebih dari 500 hotel dan DTW di Bali telah mengantongi sertifikat THK Tourism Awards.
Dan di tahun 2025 ini, panitia juga menyiapkan Life-time Achievement Awards bagi sepuluh hotel dan DTW penerima Super Platinum sebagai bentuk penghargaan atas konsistensi mereka menjaga harmoni pariwisata Bali.
“Karena ajang ini bukan sekadar penghargaan, tapi wujud apresiasi atas komitmen menjaga warisan harmoni Bali agar tetap relevan dalam peta pariwisata global,” tandas Wisnu. (*)