Balitopik.com – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar mengunjungi studio Brown Bag Films (BBF) Bali di Jalan Teuku Umar Barat, Denpasar, Selasa (27/5/2025) siang. Irene kagum melihat 320 animator sedang mengerjakan animasi di layar monitor masing-masing.
“Sangat kagum, banyak banget talenta-talenta animator kita yang luar biasa menciptakan karya-karya yang siap untuk diorbitkan ke seluruh dunia. Ini akan kita fasilitasi lewat Kementerian Ekonomi Kreatif karya-karya animasi ini,” kata Irene Umar di studio BBF Bali.
Dalam kunjungan itu, Wamen Ekraf mendengar secara langsung presentasi road map 10 tahun ke depan dari BBF Bali tentang film animasi layar lebar yang sedang dirancang. Irene juga ditayangkan beberapa animasi dari BBF Bali yang sudah beredar di luar negeri, ia tampak kagum menyaksikan itu.
Irene meminta apa-apa saja yang perlu dibantu oleh pemerintah agar karya-karya animasi yang diciptakan oleh Brown Bag Films (BBF) Bali ini bisa berjalan sesuai rencana.
“Tadi kita jelas menanyakan sebenarnya yang dibutuhkan apa, dari segi hardware, software dan talent development. Kita secara konkret akan langsung sounding ke beberapa stakeholder yang menyediakan itu supaya bisa jalan,” katanya lagi.
Wamen Ekraf ini berpesan agar proses panjang yang telah dilakukan BBF Bali dalam menciptakan karya animasi selama satu dekade ini tetap konsisten. “Maju bareng, jangan give up, karena saya tau perjalannya gak mudah, jalannya sulit, tetapi tetap percaya dengan mimpi dan kejar terus itu,” pesan Irene.
Sementara, Executive and Business Strategy BBF Bali, Sigit Eko Prabowo menyampaikan bahwa pihaknya bersyukur bisa dikunjungi langsung oleh Wamen Ekraf. Sebab selama ini BBF Bali memang membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk sejumlah program jangka panjang.
“Kami sangat berharap adanya dukungan dan dorongan terhadap beberapa program jangka panjang kami, khususnya dalam mengangkat film-film animasi bertema kultur, heroik, nasionalisme, cagar budaya, pelestarian alam dan hewan, sejarah, kearifan lokal, dan energi terbarukan ke layar lebar yang diberi slogan Integrated Indonesian Animation,” ungkapnya.
Sigit menjelaskan, realisasi visi besar BBF Bali dalam 10 tahun ke depan tidak hanya akan melahirkan karya-karya animasi yang membanggakan, tetapi juga membawa dampak nyata pada peningkatan knowledge SDM di bidang animasi.
Selain itu berdampak terhadap kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) Bali di luar sektor pariwisata, penciptaan lapangan kerja baru, serta promosi budaya dan tradisi lokal ke panggung internasional.
“Tentunya kami sangat berharap Kementerian Ekonomi Kreatif dapat membantu membuka jalur dan memberikan exposure agar kami dapat menjangkau lebih banyak peluang pendanaan, baik dari sisi investasi maupun promosi,” tutupnya. (*)