Balitopik.com – Di Denpasar ada sejumlah tempat ngopi yang menawarkan konsep perpustakaan. Salah satu yang paling anyar adalah Taman Baca Kesiman yang berlokasi di Jalan Sedap Malam, Denpasar Timur, Bali.
Taman Baca Kesiman menyediakan banyak sekali buku dengan berbagai genre. Pengunjung tinggal absen lalu memilih buku yang hendak dibaca. Semuanya gratis, terkecuali kalau pesan makanan atau minuman yang tersedia di kantin, murah-murah kok.
Di sini pengunjung biasanya membaca sambil ngopi atau sebaliknya ngopi sambil baca. Orang-orang hening masing-masing bergelut dengan buku bacaannya sendiri. Yah namanya juga konsep perpustakaan, tidak berisik.
Tempatnya tenang jauh dari jalan raya, ada banyak pohon-pohon, banyak unggas tinggal di sana. Suara angin melewati daun-daun terdengar nyata. Ada juga selokan yang mengalirkan air. Sungguh suatu ketenangan alami di sini. “Buku, gemercik air dan kicauan burung menyatu dalam satu frame, dalam satu seruputan kopi, agrhhh sempurna.”
Namun sayangnya, tempat ngopi yang tawarkan konsep perpustakaan seperti ini selalu sepi pengunjung. Apakah karena di tempat ini orang-orang tidak bisa berisik atau berbicara dengan suara kencang dengan circlenya? Atau karena lemahnya minat membaca?
Menurut data UNESCO tahun 2024, indeks minat membaca buku di Indonesia masih sangat rendah. Hanya di angka 0,001% atau dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Pun menurut data Programme for International Student Assessment (PISA), minat membaca orang Indonesia berada di posisi 11 peringkat terbawah dari 81 Negara yang didata.
Lantas, Mengapa Orang Indonesia Malas Membaca?
Pertanyaan ini membutuhkan riset panjang agar mendapat jawaban yang akurat. Namun begitu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa lemahnya minat membaca seseorang karena faktor tradisi lisan, kemudian anggapan bahwa membaca hanya untuk tujuan sekolah. Kemudian persaingan dengan bentuk media lain. Masyarakat kita cenderung menghabiskan waktu di media sosial, streaming tv/film, dan game online.
Menumbuhkan Minat Baca
Untuk meningkatkan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia tak bisa diselesaikan oleh salah satu pihak saja. Diperlukan kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, orang tua, dan para pemangku kepentingan lainnya. Minat membaca biasanya paling baik dibangun pada usia muda. Jadi, sangat penting memastikan bahwa siswa yang lebih muda memiliki akses ke buku-buku yang menarik bagi mereka. (*)
“Membaca semua buku bagus seperti percakapan dengan (orang) terbaik di abad yang lalu.” ― Rene Descartes.
“Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta.” — Najwa Shihab.
“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― Mohammad Hatta