Balitopik.com, DENPASAR – Lembaga Pelatihan Kerja Permata Mutiara Indonesia (LPK PMI) Bali mengirim 9 peserta magang ke Yamanashi, Jepang, diantar langsung oleh Kepala LPK PMI Bali Josua Christmas, Selasa (01/07/2025) sore. Tujuh orang diantaranya adalah mahasiswa STIKOM Bali Group. Mereka adalah 6 mahasiswa ITB STIKOM Bali dan 1 mahasiswa Politeknik Nasional Denpasar, serta 2 orang dari masyarakat umum yakni Fiendra Indika Saputra dan Lalu Sukemi,
Sebelumnya ke-6 mahasiswa dari ITB STIKOM Bali tersebut yakni Aniki Fackri A. Lan Koda PG, Ariel Ikke Bethan, Dismas Duli Peni Amang, Pius Fernando Wou, Yohanes Woka Leton dan Yordanus Doni Belan, serta I Putu Oko Gunawan dari Politeknik Nasional dilepas secara resmi oleh Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan bersama Direktur Politeknik Nasional (Polnas) Denpasar I Wayan Gede Narayana, S.Kom., M.Kom pada Kamis 26 Juni 2025 di kampus ITB STIKOM Bali Denpasar.
Dalam cara pelepasan ini Dr. Dadang Hermawan mengatakan, anak-anak yang sekarang berusia 20 tahun saat ini akan menjadi tulang punggung Indonesia Emas tahun 2045 yang dicanangkan oleh pemerintah.
“Artinya pada saat Indonesia memasuki usai 100 tahun, anak-anak kita ini bakal menjadi bagian dari generasi muda penggerak arah kehidupan berbangsa dan bernegara kelak. Karena itu, saya berpesan agar manfaatkanlah peluang kerja di luar negeri ini sebaik-baiknya, apa yang kalian peroleh selama di Jepang menjadi modal awal yang baik untuk masa depanmu dan turut memajukan Indonesia,” kata Dadang Hermawan.
Sementara itu kepala LPK PMI Bali Josua Christmas dalam sambutannya meminta para orangtua untuk selalu memotivasi anak-anaknya agar mereka selalu rajin dan disiplin mengikuti magang sampai tuntas sehingga bisa pinda ke visa kerja.
“Pertama tiba di Jepang, anak-anak pasti kaget dengan budaya kerja yang penuh disiplin dan semuanya serba teratur. Meski hal itu sudah kami ajarkan selama masa karantina tapi ada saja kendala awal, terutama komunikasi kerja. Itulah maka tiba di Jepang, mereka akan masuk asrama selama sebulan untuk pendalaman bahasa Jepang, pelatihan kerja lagi, sebelum diterjunkan ke perusahaan,” jelas Josua, yang sebelumnya sudah berpengalaman selama 8 tahun sebagai perawat di Jepang.
Direktur Polnas Denpasar I Wayan Gede Narayana, S.Kom., M.Kom merasa senang bercampur bangga karena seorang mahasiswanya, I Putu Oko Gunawan, bisa mengikuti magang di Jepang. Sebagai perguruan tinggi vokasi, magang ke Jepang ini adalah terobosan yang sangat baik.
“Secara pribadi saya bangga dan tentu juga menjadi kebanggaan civitas akademika Polnas Denpasar. Kami berharap ke depan semakin banyak mahasiswa kami mengikuti jejak Putu Oko Gunawan. Polnas sebagai salah satu unit usaha STIKOM Bali Group, kami selalu seiring-sejalan dengan ITB STIKOM Bali, bersama-sama mendorong mahasiswa kami untuk mengambil peluang magang ke Jepang,” beber Narayana.
Tak hanya sampai di acara pelepasan, Wayan Gede Narayana juga mengirim tim Polnas Denpasar untuk meliput kegiatan Putu Oko Gunawan saat berangkat ke Jepang bersama teman-temannya langsung di Bandara Ngurah Rai.
Rahman Sabon Nama, SE., Sebagai Person In Charge (PIC) Program Kuliah Kerja di Jepang menjelaskan, pengiriman mahasiswa STIKOM Bali Group ke Jepang, baik menggunakan visa magang maupun visa kerja, semata-mata untuk membantu orangtua yang secara ekonomi kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan putra-putrinya ke jenjang perguruaan tinggi.
Sementara itu, tiap tahun, permintaan beasiswa bagi mahasiswa baru terus mengalami peningkatan. Itulah maka Prof. Dr. I Made Bandem, MA, selaku Ketua Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti – induk ITB STIKOM Bali –bersama rektor Dr. Dadang Hermawan menggulirkan terobosan untuk membantu mahasiswa yang terkendala biaya kuliah, dengan mengikutkan mereka dalam program magang atau kerja di Jepang tetapi tetap mengikuti perkuliahan secara online selama di Jepang.
“Ada 4 manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah kembali dari Jepang, Pertama, memiliki pengalaman kerja internasional. Kedua, mendapatkan gelar sarjana / Diploma 3 dari STIKOM Bali Group. Ketiga, memiliki kemampuan Bahasa Jepang Level N4, dan terakhir tentu saja mempunyai modal materi cukup besar,. Tapi umumnya setelah magang, mereka langsung pindah ke visa kerja atau Tokuktei Ginou dengan durasi kontrak 5 tahun dan tentu gajinya lebih besar,” terang Rahman Sabon Nama.
Rahman yang juga seorang wartawan senior ini menegaskan, magang atau kerja di Jepang ini memang belum berkorelasi dengan program studi yang diambil mahasiswa. Itu tadi, karena tujuan utamanya untuk mendapatkan uang dulu, agar mereka mampu membiayai kuliahnya tanpa merepotkan orangtua. Sedangkan untuk magang atau kerja sesuai program studi, misalnya di perusahaan IT membutuhkan level Bahasa Jepang minimal N3.
“Nah kalau selama di Jepang dia bisa meningkatkan kemampuan bahasanya hingga leve N3, dia akan lebih mudah pindah ke perusahaan IT. Statusnya bukan lagi magang melainkan visa kerja atau bahkan visa sarjana atau gijinkoku,” jelas Rahman. (*)