Balitopik.com – Di tahun 2024, provinsi Bali diproyeksikan akan memiliki 1,2 juta penduduk berusia ≥50 tahun dan pada tahun 2022, berada pada tingkat nomor 6 dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak secara nasiona.
Risiko Herpes Zoster meningkat dengan usia karena Penurunan Kekebalan Terkait Usia (ARDI) dimana peningkatan dimulai sejak usia 50 tahun dan orang dewasa yang memiliki kondisi medis dengan imunitas tubuh yang lemah seperti HIV.
Kenali Penyakit Herpes Zoster dan Beban Penyakitnya
Untuk diketahui, Herpes Zoster atau yang biasa dikenal di masyarakat Indonesia dengan Cacar Api atau Cacar Ular, adalah penyakit umum yang dapat menyerang individu yang sebelumnya pernah menderita Cacar Air. Lebih dari 90% orang dewasa memiliki Virus Varicella Zoster (VZV) yang dorman di sistem saraf dan menunggu untuk tereaktivasi kembali seiring bertambahnya usia dan membuat 1 dari 3 individu berisiko mengalami Herpes Zoster selama hidup mereka.
Herpes Zoster menyebabkan ruam melepuh yang sangat menyakitkan, luka dapat mengering dalam waktu 10-15 hari dan hilang dalam waktu 2 sampai 4 minggu. Ruam Herpes Zoster umumnya muncul di satu sisi tubuh atau wajah. Sebelum ruam muncul, pasien akan merasakan nyeri, gatal, kesemutan atau mati rasa di area dimana ruam akan bermunculan.
Komplikasi yang sering terjadi dari Herpes Zoster adalah Neuralgia Pasca-Herpes (NPH) yang merupakan nyeri saraf jangka panjang yang dapat berlangsung berbulan-bulan atau kadang dapat bertahan selama beberapa tahun. Komplikasi ini terjadi pada 5-30% dari semua kasus Herpes Zoster tergantung pada usia individu. Rasa sakit dari Herpes Zoster sering digambarkan oleh pasien seperti rasa sakit yang mendalam, membakar, menusuk, atau nyeri. Bahkan, banyak pasien juga melaporkan bahwa rasa sakitnya bisa melebihi rasa nyeri persalinan.
Namun, selain NPH, Herpes Zoster juga bisa menyebabkan kehilangan penglihatan apabila terjadi di sekitar area mata, ruam dapat terinfeksi dengan bakteri dan pada kasus yang jarang ditemukan juga dapat menyebabkan infeksi paru (pneumonia), gangguan pendengaran, peradangan otak (encephalitis), dan kematian.
Selain itu, Herpes Zoster dan komplikasinya telah terbukti berdampak buruk pada kualitas hidup dan kehidupan sehari-hari. Beberapa pasien, terutama pasien yang berusia lebih tua, kehilangan kemandirian mereka dan membutuhkan bantuan dari keluarga atau pengasuh berbayar. Aktivitas pasien yang paling terpengaruh adalah tidur dan aktivitas sosial.
Apa yang Dapat Dilakukan oleh Pasien saat Mengalami Ruam atau Lepuhan Akibat Herpes Zoster?
Umumnya, pasien dapat memastikan bahwa ruam tetap bersih dan kering untuk mengurangi risiko infeksi. Pasien di anjurkan untuk memakai pakaian longgar dan menggunakan kompres dingin beberapa kali sehari. Beberapa obat antivirus tersedia untuk mengobati Herpes Zoster dan mempersingkat durasi dan mengurangi tingkat keparahan penyakit. Obat-obatan ini paling efektif jika Anda mulai meminumnya sesegera mungkin dalam waktu <72 jam setelah ruam muncul.
Kelompok Individu yang Berisiko Terkena Herpes Zoster
Risiko Herpes Zoster meningkat dengan usia karena Penurunan Kekebalan Terkait Usia (ARDI) dimana peningkatan dimulai sejak usia 50 tahun dan di tahun 2024, provinsi Bali diproyeksikan akan memiliki sekitar 1,2 juta orang dewasa berusia ≥50 tahun.
Selain itu, kelompok yang berisiko terkena Herpes Zoster juga termasuk pada orang dewasa dengan kondisi medis yang membuat sistem kekebalan tubuh mereka tidak bekerja dengan baik, seperti leukemia, limfoma dan penyakit human immunodeficiency virus (HIV), dan individu yang menerima obat imunosupresif seperti steroid.
Pasien HIV/AIDS berisiko 3,2 kali lipat untuk terkena Herpes Zoster dan data terakhir pada tahun 2022 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat nomor 1 di Asia Tenggara dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak dan provinsi Bali berada pada tingkat nomor 6 dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak secara nasional.
Faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan risiko Herpes Zoster adalah komorbiditas pada orang dewasa. Kondisi seperti stres meningkatkan risiko terkena Herpes Zoster sebanyak 47%.
Penyakit seperti diabetes menyebabkan 38% peningkatan risiko Herpes Zoster, penyakit kardiovaskuler menyebabkan 34% peningkatan risiko, individu dengan jenis kelamin wanita juga memiliki peningkatan risiko sebanyak 19%, penyakit autoimun seperti Rheumatoid Arthritis (RA), Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan Inflammatory Bowel Disorder (IBD) menyebabkan 1,2-2 peningkatan risiko, gangguan respiratori kronik seperti PPOK dan Asma menyebabkan 30% peningkatan risiko pada Herpes Zoster.
Upaya Meningkatkan Kesadaran dan Pencegahan Penyakit
Anda dapat melindungi diri Anda dari Herpes Zoster dengan mengurangi stress dan memastikan Anda mengadopsi gaya hidup yang sehat dengan memakan makanan sehat, mempertahankan berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, tidur selama 7-9 jam setiap malam, dan tidak merokok atau menggunakan produk tembakau.
Selain itu, pada Juli 2024, Jadwal Imunisasi Dewasa yang direkomendasikan oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia), sudah diperbarui dengan menambahkan vaksin Herpes Zoster sebagai salah satu rekomendasi dari Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI.
Orang dewasa berusia ≥50 tahun dan individu ≥18 tahun dengan kondisi imunokompromais seperti pasien yang sedang menerima kemoterapi, steroid dosis tinggi, imunodefisiensi; dengan atau tanpa episode Herpes Zoster sebelumnya, dapat menerima vaksin Herpes Zoster. Masyarakat dapat mengakses Jadwal Imunisasi Dewasa 2024 melalui website www.satgasimunisasipapdi.com.
Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-Al – Ketua Satgas Imunisasi Dewasa menyatakan, “Jadwal Imunisasi Dewasa merupakan referensi bagi orang dewasa mengenai vaksinasi yang direkomendasikan untuk mencegah penyakit infeksi menular.
Pembuatan Jadwal Imunisasi Dewasa ini merupakan upaya bersama untuk memprioritaskan imunisasi sebagai langkah pencegahan penyakit serta menekankan pentingnya imunisasi tepat waktu.” Beliau menambahkan, “Saya mendorong rekan-rekan tenaga kesehatan dan juga masyarakat untuk mengetahui Jadwal Imunisasi Dewasa agar dapat memastikan diri Anda dan orang dewasa disekitar Anda dapat menerima perlindungan dari penyakit infeksi menular melalui imunisasi yang telah direkomendasikan.”
Vaksinasi dapat mengurangi risiko beban penyakit yang dapat dialami oleh pasien karena vaksinasi dapat menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis yang berpotensi berbiaya mahal. Reswita Dery Gisriani – Communications, Government Affair & Market Access Director GSK Indonesia menyampaikan, “Kami terus berkomitmen untuk mengembangkan akses pada obat dan vaksin inovatif untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat yang terus berkembang untuk membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.
Bersama dengan pemerintah, asosiasi medis dan juga tenaga kesehatan, kami akan terus berupaya dalam meningkatkan kesadaran penyakit pada masyarakat salah satunya akan pentingnya pencegahan penyakit melalui imunisasi. Selain itu, kami memiliki upaya berkelanjutan termasuk kampanye “Ayo Kita Vaksin” dan “Peduli Paru Ok” serta website edukasi www.kenalicacarapi.com.”
Pesan kesehatan ini disampaikan oleh GSK Indonesia. Artikel ini bersifat sebagai informasi umum. Materi yang terkandung dalam artikel ini bukan merupakan saran medis. Untuk informasi lebih lanjut, konsultasikan dengan Dokter Anda.
Tentang GSK
GSK adalah adalah perusahaan biofarmasi global dengan tujuan untuk menyatukan sains, teknologi, dan bakat untuk mengatasi penyakit bersama. Cari tahu lebih lanjut di gsk.com.
Dengan mengklik tautan di atas, Anda akan dibawa ke website yang tidak dimiliki atau dikontrol oleh GSK, dan GSK tidak bertanggung jawab untuk konten yang tersedia di laman website tersebut. (*)
Disclaimer: Artikel ini disadur dari berbagai sumber