Balitopik.com – Salah satu tema pembahasan dalam debat perdana calon gubernur dan wakil gubernur Bali adalah soal kepadatan penduduk yang disebabkan oleh arus penduduk pendatang yang berdampak pada berbagai permasalahan seperti permasalahan hukum dan ketertiban, meningkatnya kasus kriminalistas, pelanggaran keimigrasian, persaingan lapangan kerja dan permasalahan sosial budaya.
Menanggapi tema tersebut, calon gubernur Bali nomor urut 1, Made Muliawan Arya alias De Gadjah mengatakan mestinya permasalahan tersebut sudah diselesaikan 5 tahun lalu. Katanya, kalau 5 tahun lalu sudah diselesaikan pasti tema itu tidak akan dimasukan dalam tema debat pilgub Bali 2024.
“Jika permasalahan ini diselesaikan 5 tahun lalu dengan baik dan benar saya rasa tidak akan menjadi perdebatan malam hari ini,” kata De Gadjah.
Terkait kepadatan penduduk akibat banyaknya migrasi penduduk pendatang di Bali itu, pasangan calon Mulia-PAS menawarkan penegakan hukum yang baik dan merata. Terutama soal tingkat krminalitas yang tinggi di Bali saat ini harus ditindak secara tegas, siapapun pelakuknya.
“Jadi kami Mulia-PAS menawarkan bahwa yang pertama adalah regulasi yang harus dilakukan dengan baik dan ketegasan hukum yang harus dilakukan dengan tegak lurus tidak ada tumpul ke atas tajam ke bawah. Harus sama tajam, tajam ke atas tajam ke bawah jadi siapapun yang melanggar harus dilakukan ketegasan hukum,” ucap De Gadjah.
Pihaknya berkomitmen, ke depan akan melakukan koordinasi aktif dengan berbagai pihak terkait ketertiban. Bagi pasangan Mulia-PAS jika semuanya bekerja sama maka persoalan ketertiban bisa diselesaikan dengan baik.
“Kami akan berkoordinasi dengan instansi vertikal seperti kepolisian, pecalang, desa adat dan isntansi terkait seperti imigrasi dan lainnya. Jadi semua persoalan itu intinya adalah penegakan hukum yang baik dan regulasi yang dijalankan sebaik-baiknya saya rasa semua permasalahan itu akan diselesaikan dengan baik,” tandasnya.
Sementara terkait tema tersebut, pasangan Koster-Giri mengatakan akan membuat regulasi untuk mengetahui secara jelas motif para pendatang itu datang ke Bali. (*)