Balitopik.com – Lonjakan kasus bunuh diri di Bali kian memprihatinkan. Seminggu terakhir, terjadi 2 kasus bunuh diri secara berturut – turut di daerah Jembatan Tukad Bangkung, Badung (3/4) dan di Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu (4/4/2025).
Fenomena ini pun mendapat sorotan dari berbagai pihak. Termasuk dari Organisasi Pemuda Duta Damai Bali yang mendorong adanya konseling ekstra.
Ketua Duta Damai Bali, I Dewa Gede Darma Permana mengungkapkan tindakan bunuh diri acap kali dilatar belakangi oleh beberapa faktor, terutama dari permasalahan ekonomi dan sosial.
Permasalahan inilah yang kemudian menjadi akar tekanan psikologis dan traumatik mental yang mendorong adanya keinginan untuk bunuh diri. Untuk itu, pihaknya mendorong adanya konseling ekstra di berbagai cakupan ranah dan dilakukan secara intensif.
“Kasus bunuh diri yang meroket di Bali ini perlu mendapat perhatian dari kita semua. Menimbang dari sisi faktor, penyebab bunuh diri sesungguhnya dekat sekali akibat permasalahan ekonomi atau sosial yang merongrong mental dan psikis. Oleh karena itu, mendorong Konseling Ekstra di setiap ranah kehidupan menjadi solusi yang bisa kami tawarkan,” ungkapnya.
Dewa yang juga Ketua Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (PC KMHDI) Kota Denpasar juga menambahkan, Konseling Ekstra yang dimaksud adalah wadah pendampingan yang bisa dibuat untuk mendengar keluh kesah masyarakat.
Ruang konseling ini bisa dibuka dan dilakukan secara rutin setiap minggu untuk setiap ranah kehidupan. Tidak hanya mencakup lingkungan formal, namun juga mengarah kepada wilayah informal dan nonformal.
“Selama ini, konseling selalu identik dengan pendampingan Guru BK yang hanya ada di lingkup sekolah atau formal. Mengadopsi sistem tersebut, Konseling Ekstra adalah wadah bimbingan dan pendampingan dengan cakupan lebih luas, baik untuk lingkup informal, yakni keluarga, dan lingkup nonformal, yakni masyarakat.”
“Dengan demikian, keluh kesah cerita dan tekanan yang dirasakan oleh setiap pihak, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa bisa tercurahkan secara lebih rutin, luas, dan intensif,” tambah Dewa.
Lebih lanjut dari sisi pelaksanaan, Dewa menyadari solusinya ini perlu mendapat dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Setiap stakeholder, mulai dari pemerintah, pemuda, mahasiswa, psikolog, guru, serta keluarga dan masyarakat perlu digandeng untuk memahami dan menerapkan Self Love (Konsep Mencintai Diri Sendiri).
Terutama yang lebih penting, pemahaman tentang keagamaan dan rasa solidaritas sangat perlu dipupuk lewat Konseling Ekstra, guna mencegah tindakan bunuh diri.
“Kami di Duta Damai Bali sesungguhnya cukup intens membuka ruang curhat baik lewat grup atau personal untuk sesama anggota yang menghadapi permasalahan. Namun untuk menjalankan konseling ekstra ini secara lebih holistik, tentu perlu dukungan dari berbagai stakeholder, baik itu pemerintah, pemuda, mahasiswa di bidang psikologi, pendidikan, psikolog, guru, serta keluarga dan masyarakat.”
“Terlebih sebagai wadah yang terdiri atas berbagai unsur, kami tentu sadar bahwa bunuh diri adalah tindakan tercela dan dilarang oleh seluruh ajaran agama. Untuk itu lewat ide Konseling Ekstra ini, juga bisa dijadikan wadah kedamaian untuk memupuk kembali nilai – nilai keagamaan dan rasa solidaritas antar sesama manusia,” tutup Dewa. (*)