Balitopik.com – ITB STIKOM Bali mulai membangun kesadaran atau doktrin tentang penggunaan teknologi yang lebih manusiawi. Hal ini diimplementasikan melalui Kuliah Industri (Kulindus) ITB STIKOM Bali 2025 yang mengusung tema “Ethical Teck & Digital Well-Being – Membangun Teknologi yang Manusiawi”
Wakil Rektor II ITB STIKOM Bali, Dr. Ni Luh Putri Srinadi, S.E.,MM.Kom., mengatakan pemilihan tema Kulindus ITB STIKOM Bali tahun 2025 dilandaskan pada persoalan disrupsi teknologi, terutama menohok pada ketidakmampuan memahami bagaimana teknologi itu dimanfaatkan.
Bahwa teknologi yang seharusnya dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan manusia namun di beberapa kasus teknologi justru mengancam eksistensi manusia. Parahnya lagi teknologi disalah manfaatkan untuk membuat konten hoax, isu SARA hingga konten pornografi yang merugikan.
“Tema ini sangat tepat sekali dengan situasi sekarang karena kita lihat kemajuan teknologi tidak hanya dipergunakan untuk hal positif tapi juga bisa untuk hal negatif. Ini tantangannya agar kita memahami etika berteknologi atau membangun teknologi yang manusiawi,” ujar Dr. Ni Luh Putri Srinadi.
Dijelaskan, bahwa sebagai kampus IT di Bali, ITB STIKOM Bali memiliki memiliki tanggung jawab moral terhadap perkembangan teknologi yang bermartabat, yang mengandung unsur nilai dan budaya di dalamnya.
“Jadi baik itu kepada lulusan ITB STIKOM Bali maupun kalangan luas, diharapkan dalam pemanfaatan teknologi untuk urusan apapun, tetap terarah dan bermartabat,” kata dia.
Sementara, Ketua Panitia Kulindus ITB STIKOM Bali 2025, Gde Sastrawangsa, S.T., M.T., menjelaskan, kuliah industri tersebut akan berlangsung selama 3 hari mulai 14 – 16 Mei 2025 di Aula Kampus ITB STIKOM Bali. Sebanyak 2.800 mahasiswa ITB STIKOM Bali akan dibekali dengan berbagai materi yang sesuai dengan dunia kerja nantinya.
“Topiknya beragam, memang lebih banyak tentang teknologi, selain untuk mengedepankan efisiensi tapi juga bisa memperhatikan etika. Sekarangkan lagi zamannya AI (Artificial Intelligence) bagaimana penggunaannya agar tidak menyakiti atau merugikan orang lain.”
“Selain itu kita juga bahas green teknologi, teknologi yang bersih yang intinya agar bagaimana teknologi itu digunakan secara manusiawi,” tandas Gde Sastrawangsa. (*)