Balitopik.com – Ketut Sepot (62) Warga Banjar Carik, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar memanfaatkan kotoran babi peliharaannya menjadi biogas untuk kebutuhan rumah tangga.
Biogas dari kotoran babi itu dibuat sejak tahun 2008. Saat ini biogas tersebut dihasilkan dari kotoran 6 induk babi yang dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak selama 1 jam setiap hari.
Proses pembuatan biogas dari kotoran babi melibatkan fermentasi anaerobik (tanpa oksigen) oleh bakteri metanogen. Kotoran babi yang dicampur air (slurry) dialirkan atau dimasukkan ke dalam tangki tertutup (digester).
Di dalam tangki tertutup tersebut, bakteri mengurai bahan organik dalam kotoran babi melalui tiga tahap: hidrolisis, asidogenesis, dan metanogenesis. Hasilnya adalah biogas yang kaya metana (CH4), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Ketut Sepot mengaku sejak adanya biogas tersebut kebutuhan keluarga menjadi lebih hemat. Karena mereka tidak lagi membeli gas LPG untuk kebutuhan memasak.
“Sangat hemat karena cuma kotoran ternak bisa (diubah jadi biogas) manfaat pemakaiannya tiap hari untuk masak,” ujar Ketut Sepot kepada Jurnalis Bali Topik yang bergabung dalam Tim Jelajah Energi Bali, Rabu (21/5/2025) sore.
Berdasarkan pantauan langsung Tim Jelajah Energi Bali suasana sekitar rumah Ketut Sepot bau kotoran babi tidak tercium sama sekali. Hal ini karena kotoran dari kandang babi langsung disalurkan melalui pipa ke tangki tertutup atau penampung kotoran babi tersebut.
Dijelaskan setelah dijadikan biogas, limbah kotoran babi tersebut diambil untuk dijadikan pupuk organik. Limbah ini diakui jauh lebih ramah ketimbang kotoran langsung yang dijadikan pupuk perkebunan.
Ini lagi-lagi diakui menghemat ekonomi keluarga karena mereka tidak lagi membeli pupuk kimia untuk perkebunan.
“Hasil limbahnya ini diambil untuk buat pupuk bagus sekali, keramahan kotoran ini jauh lebih ramah daripada kotoran langsung yang ditabur ke tanaman kadang-kadang mati, ini justru sangat subur,” tutupnya.
Untuk diketahui, Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali menggelar Jelajah Energi Bali selama 4 hari dari tanggal 20-24 Mei 2025.
Jelajah Energi Bali 2025 menjadi ajang untuk memahami lebih dalam mengenai berbagai aspek terkait energi terbarukan, termasuk bagaimana pelibatan atau partisipasi dari masyarakat lokal dalam mendukung Bali Mandiri Energi dengan Energi Bersih.
Jelajah Energi Bali 2025 diikuti berbagai pihak mulai akademisi, komunitas, hingga jurnalis. Tim ini akan mengunjungi 9 lokasi strategis untuk melihat dampak positif dari pemanfaatan energi terbarukan.
Destinasi yang dikunjungi yakni PLTS Apung Waduk Muara Nusa Dua, PLTS Padma Resort Legian, PLTS Sensatia Botanicals Sanur, PLTS TPS3R dan Subak Desa Keliki, Desa Puhu dan Desa Payangan (Desa Binaan Biogas), PLTMH Panji Muara Sukasada, PLTS Sumur Bor Desa Bondalem, PLTS On Grid 16 kWp di Mero Foundation, dan PLTS 1 MWp Kec Kubu, Kabupaten Karangasem. (*)