Balitopik.com – Sispala (Siswa Pecinta Alam) dari SMAN 1 Kuta dan SMAN 12 Denpasar, yang tergabung dalam “Sispala Satu Atap Satu Tanah” terlibat dalam misi besar menyelamtkan pantai Kedonganan dari timbunan sampah, baik sampah lokal maupun sampah kiriman selama musim hujan di Bali.
Aksi bersih-bersih pantai ini berlangsung pada 26 dan 28 Desember 2024. Dengan tema “Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita”, kegiatan yang diinisiasi oleh Komunitas Sungai Watch ini berhasil menarik 37 peserta dan melibatkan berbagai organisasi seperti, Green Youth Movement (GYM), OSIS, Jegeg Bagus, hingga Truna Jegeg Truna Bagus.
Selama dua hari aksi, mereka mengumpulkan total 6,9 ton sampah, sebuah angka yang mencengangkan dan sekaligus menyadarkan.
Hari pertama, 26 Desember, dimulai dengan langkah-langkah penuh semangat di bawah arahan Ketua Umum Sispala, Ni Komang Maisya Pinatih, dan Pembina Organisasi, Ida Bagus Narayana. Dalam waktu tiga jam, mereka berhasil mengumpulkan 2,8 ton sampah.
Sementara di hari kedua, antusiasme semakin meningkat. Kehadiran organisasi lain membawa energi baru, sehingga aksi ini menghasilkan 4,1 ton sampah tambahan.
Narayana, pembina para Sispala itu mengatakan keikutsertaan mereka dalam aksi tersebut merupakan bentuk pembelajaran langsung bagi generasi muda. Sekaligus menyadarkan akan bahaya sampah bagi kehidupan.
“Kami ingin mereka melihat sendiri bagaimana gelombang sampah kiriman setiap tahunnya mengancam pantai-pantai kita. Bahaya sampah bukan hanya sekadar wacana di media sosial, tetapi kenyataan yang harus dihadapi,” ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Warmadewa tersebut.
Selain mengumpulkan sampah, kegiatan ini juga menjadi ajang mempererat ikatan antarorganisasi dan komunitas. Narayana berharap semangat menjaga kelestarian lingkungan bisa terus ditularkan, tidak hanya kepada peserta aksi, tetapi juga kepada masyarakat luas.
“Kami tidak ingin Bali, yang dikenal sebagai Pulau Seribu Pura, berubah menjadi Pulau Seribu Sampah. Ini adalah komitmen kami sebagai anak muda untuk menjaga kehormatan Pulau Dewata,” tegasnya.
Bagi para peserta, pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam. “Melihat tumpukan sampah di pantai yang indah seperti ini membuat saya sadar, menjaga lingkungan bukan tugas orang lain, tetapi tanggung jawab kita semua,” kata salah satu peserta.
Aksi Sispala Satu Atap Satu Tanah bukan hanya tentang pembersihan fisik, tetapi juga seruan untuk perubahan pola pikir. Dengan semangat “Salam Lestari,” mereka ingin menginspirasi generasi muda lainnya untuk ikut ambil bagian dalam menjaga lingkungan.
Pantai Kedonganan, yang menjadi saksi perjuangan mereka, kini sedikit lebih bersih. Namun, tantangan sebenarnya adalah memastikan aksi ini bukan sekadar momen, tetapi langkah awal menuju Bali yang lebih hijau dan lestari. Karena, seperti tema yang mereka usung, menjaga alam berarti menjaga masa depan kita bersama. (*)