Balitopik.com – Polemik pergantian nama Pantai Serangan menjadi Pantai Kura Kura Bali menimbulkan banyak reaksi. Warganet menyerbu Pantai Kura Kura Bali di google maps dengan bintang 1.
Di Google Maps Pantai Kura Kura Bali itu warga juga curhat. Rupanya mereka rindu keindahan Pantai Serangan yang dapat dikunjungi bersama keluarga saat liburan akhir pekan.
Sayangnya, kata warga, sejak ada PT Bali Turtle Island Development (BTID) sebagai investor pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, akses menuju pantai ditutup total.
“Dulu ini Pantai Serangan namanya dan bisa diakses publik. Setelah ada investor jadi area terlarang bagi publik yang tidak berduit,” kata Dion HMB mereview Pantai Kura Kura Bali di Google Maps.
Ungkapan dari Dion HMD di Google Maps itu benar adanya. Pantai Serangan yang kini bernama Pantai Kura Kura Bali itu ditutup untuk publik. Akses masuk ke pantai dijaga ketat security PT Bali Turtle Island Development (BTID).
Jangankan ke pantai, warga lokal pulau Serangan yang ingin ke Pura untuk upacara hari-hari besar Umat Hindu pun harus bersurat dulu ke pihak PT BTID. Hal ini membuktikan betapa mencekamnya situasi di Pulau Serangan.
Desember 2024 lalu, Head of Communication PT BTID, Zakki Hakim mengatakan untuk hari-hari biasa Umat Hindu yang ingin sembahyang bisa langsung masuk. Tapi kalau hari-hari besar harus bersurat dulu.
“Sudah berapa tahun ini warga desa Serangan jika ingin berdoa atau beribadah ke Pura Pura yang ada di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali itu tinggal masuk aja asalkan pakai baju adat,” terang Zakki Hakim.
“Nah hanya saja datang untuk upacara yang agak besar sehingga rombongannya juga besar ada bawa baleganjur dan peralatan-peralatan sudah ada pengertian dengan Desa Adat Serangan untuk menyampaikan surat terlebih dahulu karena kalau bawa rombongan orang atau konvoi supaya terjaga keamanannya karena lalu lalang alat berat,” katanya lagi. (*)