Festival Jatiluwih ke-VI: Grow With Natura (Tumbuh Bersama Alam)
Balitopik.com, TABANAN – Festival Jatiluwih ke-IV tahun 2025 mengangkat tema “Grow With Nature” (Tumbuh Bersama Alam). Festival ini akan berlangsung selama 2 hari terhitung dari tanggal 19-20 Juli 2025.
Tema ini mencerminkan semangat menyatu dan berkembang selaras dengan lingkungan, sekaligus mendorong kemajuan ekonomi, budaya, dan sosial bukan dengan mengeksploitasi alam, melainkan dengan menghargai siklus, menjaga keseimbangan, dan memperkuat nilai-nilai kearifan lokal.
Grow with nature atau tumbuh bersama alam adalah sebuah makna mendalam. Bagi masyarakat Bali, khususnya masyarakat Desa Jatiluwih, tumbuh bersama alam adalah perwujudan nyata dari filosofi “Tri Hita Karana” harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas – yang telah dijalani secara turun-temurun.
Kepala Pengelola Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, John Ketut Purna menegaskan sebagai Warisan Budaya Dunia yang diakui UNESCO dan Desa Wisata Terbaik Dunia 2024 versi UN Tourism, Jatiluwih pengelolaan Jatiluwih berpegang teguh pada perawatan alam.
“Kembali ke alam, itu prinsip kami. Kita konsen sekali dengan pertanian yang ada di Jatiluwih ini karena di daerah lain sudah banyak sekali alih fungsi lahan dari pertanian ke perumahan dan lain sebagainya,” kata John.
Ia menambahkan, “Grow with nature ini sebagai spirit kita masyarakat di sini agar Jatiluwih ini tetap lestari, kita mau mempertahankan alam, kita mau mempertahankan sawah kita yang ada di Jatiluwih ini, soal wisatanya itu bonus,” tandasnya.
Sementara Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE, MM mengapresiasi pengelola DTW Jatiluwih atas terselenggaranya Festival Jatiluwih ke-VI tahun 2025 tersebut.
Sebab, kata dia dalam festival itu tidak hanya menampilkan seni dan budaya, lebih dari itu mengingatkan kepada semua pihak bagaimana tetap menjaga kearifan lokal yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur.
“Kita tetap mendukung pariwisata, tapi Tabanan tetap berpijak pada akar budaya yang bergerak di sektor pertanian dan pariwisatanya adalah bonusnya. Kami pemerintah daerah maupun provinsi tetap komitmen bagaimana menjaga kearifan lokal di Jatiluwih,” komit Sanjaya.
Untuk diketahui, selama Festival Jatiluwih ke-IVI ini pengunjung akan disambut dengan pentas seni tari tradisional dan kontemporer, termasuk peluncuran tari maskot Desa Jatiluwih. Diiringi oleh musik dari bintang tamu lokal Bali, panggung utama akan menjadi pusat semangat komunitas dan kreativitas.
Selain itu, festival ini akan menghadirkan workshop interaktif yang memungkinkan pengunjung terlibat langsung dalam praktik budaya desa: mulai dari membuat teh beras merah, kopi sangrai, lak-lak tradisional, hingga kerajinan lelakut, kapuakan, dan sunari. Di sini, setiap aktivitas adalah jendela menuju kehidupan desa yang menyatu dengan alam.
Sebagai upaya memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, diadakan pula kompetisi seni dan edukasi yang melibatkan anak-anak TK hingga SMA, serta komunitas perempuan (PKK) dan lansia. Ini adalah ruang lintas generasi untuk mengekspresikan warisan budaya secara hidup dan dinamis.
Panitia menargetkan lebih dari 4.000 pengunjung per hari, dengan komposisi 50 persen wisatawan mancanegara, 15 persen wisatawan domestik, dan sisanya berasal dari masyarakat lokal serta pelaku seni.
Untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung, penyelenggara juga telah menyiapkan sistem pembayaran non-tunai, area cuci tangan, layanan kebersihan yang rutin, pos kesehatan, ambulans, tempat parkir wisatawan dan pengamanan terpadu yang melibatkan pecalang dan petugas pengelola DTW Jatiluwih.
Festival ini mendapat sambutan antusias dari berbagai kalangan, baik pemerintah daerah, pelaku industri kreatif, maupun wisatawan. (*)